PENGELOLAAN
SUMBERDAYA KELAUTAN
BERBASIS IPTEK UNTUK KEMAKMURAN BANGSA
BERBASIS IPTEK UNTUK KEMAKMURAN BANGSA
(MAKALAH)

DISUSUN OLEH :
FOUSAKA PUTRAWAN
AKADEMI MARITIM
BINA BAHARI PALEMBNG TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan Negara kemaritiman, karena sebagian besar wilayah Indonesia memanfaatkan sumberdaya kelautan. Tetapi masyarakat belum mampu memanfaatkan sumberdaya yang ada dan masalah ini akan dibahas dalam makalah ini.
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan wilayah laut seluas
2/3 dari Total luas teritorialnya. Berdasarkan Deklarasi Juanda 1957, wilayah
laut NKRI adalah sekitar 3,1 juta kilometer persegi. wilayah laut NKRI
bertambah luas dari tambahan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) sebesar 2,7 juta
kilometer persegi, menjadi total sekitar 5,8 juta kilometer persegi. Indonesia
mendapatkan hak-hak berdaulat atas kekayaan alam di ZEE sejauh 200 mil dari
garis pangkal lurus Nusantara atau sampai ke batas ‘continental margin’.
Menurut,
Oentoro Surya (14/6 2009), bahwa Bangsa Indonesia mestinya bisa berjaya di
bidang kelautan. Potensi laut kita luar biasa, tapi karena banyak kalangan yang
masih menyepelekan terhadap kekayaan alam yang sangat besar itu, maka
pengelolaan hasil kelautan Indonesia belum optimal. Dengan wilayah laut
Indonesia yang sangat luas ini, banyak sekali potensi ekonomi yang bisa
dikembangkan, seperti untuk keperluan pelayaran, pelabuhan, perikanan,
perkapalan, pariwisata, dan pertambangan, yang tentu saja bakal membuka
lapangan kerja baru. Mengingat potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang
dimiliki pemanfaatannya masih rendah, maka upaya untuk menumbuhkan kegiatan
usaha penangkapan ikan di sub sektor perikanan dalam peningkatan pendapatan
regional masih mempunyai peluang yang cukup besar.
Penetapan
wilayah laut pedalaman ini membatasi ruang penetrasi kapal asing ke
wilayah laut Indonesia, karena semua pihak asing tidak boleh memasuki wilayah
perairan pedalaman tersebut tanpa izin Indonesia, termasuk untuk innocent
passage atau lewat secara damai. Kekayaan alam yang terkandung dalam wilayah
laut Indonesia juga belum mampu dikelola secara baik. Banyak potensi
sumberdaya kelautan yang mungkin kita miliki, tetapi sesungguhnya belum mampu
kita pahami nilai kemanfaatan ekonomi dan ekologinya.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1. Potensi
kelautan apa saja yang mungkin dikembangkan di Indonesia?
2. Sejauh
manakah pemerintah menyiapkan model pengelolaan sumberdaya
kelautan Indonesia?
3. Peran
apa saja yang bisa dilakukan oleh kita sebagai masyarakat terdidik dalam
menanggapi pengelolaan kekayaan alam laut?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk
mengetahui potensi kelautan yang mungkin dikembangkan di Indonesia.
2. Untuk
mengetahui sejauh mana pemerintah menyiapkan model pengelolaan sumberdaya
kelautan di Indonesia.
3. Untuk mengetahui yang bisa kita lakukan
sebagai masyarakat terdidik dalam menanggapi pengelolaan kekayaan alam laut.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1
Objek yang diteliti
Objek
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laut
2.2 Desain dan Pendekatan
Desain
dan pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan “Penelitian Pengembangan “
(Research dan Development ). Menurut Borg dan Gall (1989:782), yang dimaksud
dengan penelitian pengembangan adalah “ a process used develop and
validate education product”. Kadang-kadang penelitian ini disebut juga dengan
research based development”, yang muncul sebagai strategi dan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Selain untuk mengembangkan dan memvalidasi
hasil-hasil penelitian.
BAB III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
3.1 POTRET POTENSI SUMBERDAYA KELAUTAN
Berdasarkan
SK Menteri Kelautan dan Perikanan No.41 tahun 2000, yang dimaksud dengan pulau
kecil adalah pulau yang mempunyai luas area kurang dari atau sama dengan 10.000
km2, dengan jumlah penduduk kurang dari atau sama dengan 200.000 orang.
Data dari Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau kecil DKP
menunjukkan bahwa sampai tahun 2002 jumlah pulau kecil di Indonesia sebanyak
17.499. Sebanyak 5.474 pulau sudah mempunyai nama, dan12.025 pulau yang
belum mempunyai nama (Majalah Samudera, 2006). Penelitian terakhir melalui
citra Lansat diduga lebih dari 18.000 pulau di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, namun baru 6000 pulau yang dimanfaatkan.
Dalam
upaya mengelola sumberdaya kelautan, Konsep menarik yang disampaikan oleh Rudy
dalam artikelnya di majalah Inovasi (XVIII/2006) adalah Pengelolaan Sumberdaya
Kelautan Berbasis Komunitas Lokal dan pengetahuan dan teknologi. Pengelolaan
sumber daya alam berbasis komunitas dan teknologi merupakan salah satu strategi
pengelolaan yang dapat meningkatkan efisiensi dan keadilan dalam pemanfaatan
dan pengelolaan sumber daya alam melalui teknologi yang sedang berkembang.
Selain itu strategi ini dapat membawa efek positif secara ekologi dan dan sosial.
Pengelolaan sumberdaya alam khususnya sumberdaya kelautan berbasis komunitas
lokal dan pengetahuan teknologi sangatlah tepat diterapkan di indonesia, selain
karena efeknya yang positif juga mengingat komunitas lokal di Indonesia
memiliki keterikatan yang kuat dengan daerahnya sehingga pengelolaan yang
dilakukan akan diusahakan demi kebaikan daerahnya dan tidak sebaliknya.
Pengelolaan sumberdaya kelautan berbasis komunitas dan pengetahuan teknologi ini bukanlah sesuatu yang baru bagi masyarakat Indonesia. Sejak dahulu, komunitas lokal di Indonesia memiliki suatu mekanisme dan aturan yang melembaga sebagai aturan yang hidup di masyarakat dalam mengelola sumber daya alam termasuk di dalamnya sumber daya kelautan. Hukum tidak tertulis ini tidak saja mengatur mengenai aspek ekonomi dari pemanfaatan sumberdaya kelautan, namun juga mencakup aspek pelestarian lingkungan dan penyelesaian sengketa (Weinstock 1983; Dove 1986, 1990, 1993; Ellen 1985; Thorburn 2000). Salah satu faktor pendorong Rudy melontarkan konsep dan mengamini pendapat Weinstock (1983) adalah menghindari gesekan up-bottom (Pemerintah-Masyarakat) yang notabene masih memegang adat atau Hukum tak tertulis yang kadang berbenturan dengan perturan atau kebijakan Pemerintah. Namun, itu bukan berarti Pemerintah lepas tangan begitu saja. Dalam konsep ini Pemerintah diharapkan menjadi fasilitator, dan pihak yang berwenang yang dituntut untuk lebih memahami keadaan dan memimpin masyarakat lokal untuk turut serta sama-sama berperan aktif dalam upaya mengelola sumberdaya kelautan, sehingga tidak terjadi dampak negatif bagi semuanya semisal eksploitasi besar-besaran tanpa kontrol yang akan menjadi kerugian bagi masyarakat itu sendiri.
Pengelolaan sumberdaya kelautan berbasis komunitas dan pengetahuan teknologi ini bukanlah sesuatu yang baru bagi masyarakat Indonesia. Sejak dahulu, komunitas lokal di Indonesia memiliki suatu mekanisme dan aturan yang melembaga sebagai aturan yang hidup di masyarakat dalam mengelola sumber daya alam termasuk di dalamnya sumber daya kelautan. Hukum tidak tertulis ini tidak saja mengatur mengenai aspek ekonomi dari pemanfaatan sumberdaya kelautan, namun juga mencakup aspek pelestarian lingkungan dan penyelesaian sengketa (Weinstock 1983; Dove 1986, 1990, 1993; Ellen 1985; Thorburn 2000). Salah satu faktor pendorong Rudy melontarkan konsep dan mengamini pendapat Weinstock (1983) adalah menghindari gesekan up-bottom (Pemerintah-Masyarakat) yang notabene masih memegang adat atau Hukum tak tertulis yang kadang berbenturan dengan perturan atau kebijakan Pemerintah. Namun, itu bukan berarti Pemerintah lepas tangan begitu saja. Dalam konsep ini Pemerintah diharapkan menjadi fasilitator, dan pihak yang berwenang yang dituntut untuk lebih memahami keadaan dan memimpin masyarakat lokal untuk turut serta sama-sama berperan aktif dalam upaya mengelola sumberdaya kelautan, sehingga tidak terjadi dampak negatif bagi semuanya semisal eksploitasi besar-besaran tanpa kontrol yang akan menjadi kerugian bagi masyarakat itu sendiri.
Gagasan
ini dimulai dengan memaparkan potensi dan peranan sumberdaya kelautan di
Indonesia. Peranan sumberdaya kelautan dapat dlihat dari beberapa aspek, yaitu:
Aspek
ekonomi sumberdaya kelautan,
Aspek
ekologis sumberdaya kelautan.
Aspek
pertahanan dan keamanan, dan
Aspek
pendidikan .
Ekonomi
sumberdaya kelautan yang dimaksud adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan
di wilayah pesisir dan lautan atau kegiatan
ekonomi yang menggunakan sumberdaya pesisir dan
lautan atau kegiatan ekonomi yang menunjang pelaksanaan kegiatan ekonomi
di wilayah pesisir dan lautan. Dengan demikian ruang lingkup kegiatan
ekonomi berbasis sumberdaya kelautan sangat luas dan beragam, termasuk
diantaranya adalah sektor perikanan tangkap dan budidaya. industri pengolahan
produk perikanan dan bioteknologi, pariwisata bahari dan pantai, pertambangan
dan energi, perhubungan laut, industri kapal, bangunan laut dan pantai,
pulau-pulau kecil, dan kegiatan pendayagunaan benda-benda berharga. Dari
berbagai kegiatan ekonomi berbasis sumberdaya kelautan yang sangat luas dan
beragam tersebut, sebenarnya potensi ekonomi yang dapat
dihasilkan dan disumbangkan bagi.
Pemerintah
telah menyiapkan alat untuk mengelola sumberdaya kelautan, tetapi masyarakat
belum mampu memanfaatkannya secara optimal dan belum tergali secara optimal
dalam mendukung pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Di Indonesia tercatat
keragaman hayati laut yang tinggi. Ditemukan sekitar 2500 species ikan, 253
jenis dari jumlah tersebut termasuk jenis ikan hias, dan 132 jenis ikan
yang bernilai ekonomi.
Peran Masyarakat Terdidik dalam Pengelolaan Sumberdaya Kelautan. Sepanjang perjalanan sejarah peradaban manusia, kaum terdidik-lah yang menjadi masinis dan membuat beberapa lokomotif sehingga bisa menjadi sekarang. Di berbagai bidang, orang terdidik selalu diharapkan dan dituntut untuk mampu memimpin masyarakatnya menuju perdaban baru, hingga tahap paling ideal bagi masyarakatnya yaitu kesejahteraan dan kemakmuran yang terbungkus dengan keadilan. Sama halnya peradaban, dalam menangani kebocoran-kebocoran dalam mengelola sumberdaya kelautan, sangatlah memerlukan peran aktif para masyarakat terdidik. Bagaimana tidak, dengan ilmu yang lebih, sesuai dengan basis ilmunya maka akan sangat mungkin bagi masyarakat terdidik untuk membawa dan memimpin masyarakatnya menuju kondisi ideal bagi masyarakatnya. Dengan potensi-potensi yang belum ter-eksplor, maka peran masyarakat terdidik akan sangat diperlukan guna mencari dan memanfaatkan potensi-potensi yang belum dikelola dengan baik.
Peran Masyarakat Terdidik dalam Pengelolaan Sumberdaya Kelautan. Sepanjang perjalanan sejarah peradaban manusia, kaum terdidik-lah yang menjadi masinis dan membuat beberapa lokomotif sehingga bisa menjadi sekarang. Di berbagai bidang, orang terdidik selalu diharapkan dan dituntut untuk mampu memimpin masyarakatnya menuju perdaban baru, hingga tahap paling ideal bagi masyarakatnya yaitu kesejahteraan dan kemakmuran yang terbungkus dengan keadilan. Sama halnya peradaban, dalam menangani kebocoran-kebocoran dalam mengelola sumberdaya kelautan, sangatlah memerlukan peran aktif para masyarakat terdidik. Bagaimana tidak, dengan ilmu yang lebih, sesuai dengan basis ilmunya maka akan sangat mungkin bagi masyarakat terdidik untuk membawa dan memimpin masyarakatnya menuju kondisi ideal bagi masyarakatnya. Dengan potensi-potensi yang belum ter-eksplor, maka peran masyarakat terdidik akan sangat diperlukan guna mencari dan memanfaatkan potensi-potensi yang belum dikelola dengan baik.
Dewan
Maritim Indonesia tahun 2006 telah memprediksi potensi ekonomi sumberdaya alam
kelautan mencapai U$ 173,18 milyar /tahun (Demersal, 2006), yang meliputi
potensi perikanan sebesar U$ 31,93 milyar/tahun, wilayah pesisir sebesar U$ 50
milyar/tahun, bioteknologi sebesar U$ 40 milyar/tahun, wisata bahari sebesar U$
2 milyar/tahun, minyak bumi sebesar U$ 23,25 milyar dan transportasi laut
sebesar U$ 20 milyar/tahun.
3.2 KEBUTUHAN RISET, DAN IPTEK UNTUK MENDUKUNG DAN AKSELERASI PEMBANGUNAN KELAUTAN
3.2 KEBUTUHAN RISET, DAN IPTEK UNTUK MENDUKUNG DAN AKSELERASI PEMBANGUNAN KELAUTAN
Untuk
mendukung pemanfaatan potensi sumberdaya kelautan maka mutlak diperlukan IPTEK,
yang harus pula didukung oleh riset yang sistematis dan berkelanjutan.
Pembangunan kelautan sekarang ini antara lain mencakup:
Capture
Fisheries and Aquaculture
Marine
Biotechnology
Non-Living
Resources 7
Marine
Transportation
Sea
Territory
Small
Island Development
Pengembangan
riset dan pengembangan Iptek tersebut diharapkan menjawab dan mengatasi
masalah nasional dalam bidang;
Kecukupan
Pangan
Kecukupan
Obat dan Teknologi Kesehatan
Sumber
Energi Alternatif
Transportasi
Teknologi
Informasi dan Komunikasi
Teknologi
Keamanan dan Pertahanan
Riset
dibidang industri bioteknologi kelautan telah ditemukan beberapa hal
antara lain (Dahuri 2006):
Pembuatan
obat tidur dan obat penenang dari kuda laut.
Pembuatan
garam yang 99% murni untuk cairan infus.
Tempurung
kura-kura untuk obat luka dan tetanus.
Hati
ikan buntal untuk obat tetrodotoxin, guna memperbaiki saraf otak yang
rusak.
Chitosan
dari kulit kepiting dan udang untuk obat anti kolesterol.
Disadari
bahwa pemanfaatan sumberdaya kelautan sekarang ini lebih banyak terkonsentrasi
di wilayah pesisir dan perairan laut dangkal, maka pengembangan Iptek dalam
rangka pengembangan laut dalam sangat dibutuhkan dalam rangka pemanfaatan
berbagai sumberdaya kelautan di perairan laut dalam.
Departemen
kelautan dan perikanan Republik Indonesia (DKP) juga aktif melakukan kegiatan
riset dalam mendukung pemanfaatan sumberdaya kelautan secara berkelanjutan.
Perairan laut dalam adalah perairan laut yang kedalamannya lebih dari 200
m. Di Indonesia perairan laut dalam umumnya berada di Zona Ekonomi Ekslusif
(ZEE), perairan Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan wilayah laut perbatasan.
Pemanfaatan
sumberdaya perikanan laut dalam membutuhkan investasi yang tinggi sehingga kita
harus berhitung secara ekonomi, profit yang akan dihasilkan. Teknologi MCS,
teknologi industri rumput laut, teknologi budidaya perikanan, radio satelit,
wartel satelit, kios iptek, teknologi garam rakyat, teknologi tambak ramah
lingkungan. Dibidang perikanan tangkap iptek sangat penting dalam menjaga
keberlanjutan sumberdaya perikanan. Pemanfaatan teknologi light
fishning yang banyak beroperasi di wilayah laut Indonesia mendorong
diperlukannya riset yang menyangkut masalah intensitas cahaya yang digunakan
untuk menarik perhatian ikan-ikan yang layak tangkap, dan intensitas optimum
yang digunakan untuk menangkap jenis-jenis ikan tertentu.Tingkat respon ikan
terhadap stimulus cahaya yang diberikan dalam proses penangkapan ikan di laut
dengan light fishing(Arimoto.2002). Kondisi dan isu perikanan tangkap saat ini
antara lain;
Pemanfaatan
IPTEK yang masih rendah
Taraf
hidup rata-rata nelayan yang masih rendah
Kualitas
dan kuantitas data serta informasi yang belum memadai
Kurangnya
informasi dan data mengenai Daerah Penangkapan Ikan (DPI) yang didasarkan pada
studi dan kajian mendalam mengenai karakteristik dan sifat fisik serta fenomena
perairan lainnya
Operasi
Penangkapan Ikan (OPI) yang tidak efektif, efisien dan selektif yang dapat
menyebabkan biaya tinggi dan masalah kelestarian ikan
Overfishing
DPI tertentu dan masih ada DPI yang belum optimal pemanfaatannya
Sumberdaya
manusia/nelayan masih sedikit untuk memanfaatkan peran IPTEK dalam OPI,
pengelolaan dan pemantauan perikanan nusantara
Degradasi
lingkungan:potasium,sianida dan pencemaran
Teknologi
pengolahan yang masih rendah
Penghargaan
dan penegakan hukum yang masih rendah dan kurang memadai, pencurian ikan,
dll.
Oleh
sebab itu diperlukan suatu aksi tanggap melalui suatu trasformasi dari
perikanan tangkap tradisional menuju perikanan tangkap yang modern berlandaskan
IPTEK melalui (Wahyudi,2006) :
Peningkatan
sistem pengelolaan (management), kebijakan, pemantauan (monitoring), pengawasan
(surveillance), pengendalian (controlling) secara terpadu dan menyeluruh
terhadap seluruh kegiatan perikanan tangkap
Operasi
penangkapan yang efektif, efisien dan selektif
Perikanan
tangkap yang lestari
Taraf
hidup nelayan yang meningkat
Sektor
perikanan dapat menjadi sumber devisa pembangunan yang bisa diandalkan
3.3 PENGEMBANGAN KELAUTAN DI MASA DEPAN
Dalam
rangka pengembangan sumberdaya kelautan dimasa depan, maka titik optimum
pemanfaatan akan dicapai jika pengembangan dan pemanfaatannya
meperhatikan 3 hal yaitu,
Pengembangan
IPTEK Kelautan dan perikanan,
Industri
perikanan dan kelautan serta
Admistrasi
dan managemennya.
Pembangunan
kelautan ke depan diharapkan dapat berlangsung secara efisien dan berdaya saing
tinggi, sehingga mampu menguntungkan seluruh pelaku usaha dan menyumbangkan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi (lebih dari 7% per tahun) secara berkesinambungan.
Disamping itu pembangunan kelautan harus berkeadilan, sehingga seluruh pelaku
usaha dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (pangan, sandang, perumahan, kesehatan,
dan pendidikan) serta hidup sejahtera. Pengembangan kelautan harus ramah
lingkungan, yang menjamin kelestarian (sustainability) sumberdaya kelautan dan
ekosistemnya.
Oleh
sebab itu Blue Print pembangunan kelautan secara optimal dan
berkelanjutan harus berbasis IPTEK, manajemen profesional, dan etos kerja
Unggul. Dari tahap perencanaan, implementasi, sampai pengendalian program
pembangunan harus dilaksanakan secara terpadu (sektor, level pemerintahan,
pemerintah-swasta-masyarakat, spasial, dan antar negara). Disamping itu
pembangunan kelautan harus berbasis masyarakat. Berbasis daya dukung
lingkungan wilayah (konservasi).
BAB
IV
PENUTUP
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan wilayah laut seluas
2/3 dari total luas teritorialnya. Sampai saat ini, perhatian ke wilayah laut
dirasakan masih kurang jauh intensif dibandingkan dengan wilayah daratan.
Penetapan wilayah laut pedalaman ini membatasi ruang penetrasi
kapal asing ke wilayah laut Indonesia, karena semua pihak asing tidak
boleh memasuki wilayah perairan pedalaman tersebut tanpa izin Indonesia,
termasuk untuk innocent passage atau lewat secara damai. Banyak potensi
sumberdaya kelautan yang mungkin kita miliki, tetapi sesungguhnya belum mampu
kita pahami nilai kemanfaatan ekonomi dan ekologinya.
Sebenarnya potensi ekonomi yang dapat dihasilkan dan disumbangkan bagi pembangunan bangsa sangat luar biasa besarnya. Namun, ketidakmampuan Indonesia memahami potensi apalagi untuk mengelola sumberdaya kelautan terkait langsung dengan tingkat penguasaan teknologi kelautan yang belum berkembang di Indonesia. Dengan potensi-potensi yang belum ter-eksplor, maka peran masyarakat terdidik akan sangat diperlukan guna mencari dan memanfaatkan potensi-potensi yang belum dikelola dengan baik. Pengelolaan sumberdaya kelautan berbasis komunitas dan pengetahuan teknologi ini bukanlah sesuatu yang baru bagi masyarakat Indonesia. Sejak dahulu, komunitas lokal di Indonesia memiliki suatu mekanisme dan aturan yang melembaga sebagai aturan yang hidup di masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam termasuk di dalamnya sumberdaya kelautan.
Secara legal, Indonesia mempunyai wilayah laut yang sangat luas dan mempunyai hak eksklusif untuk mengelola sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya. Akan tetapi, agar kekayaan laut ini bermanfaat bagi upaya mensejahterakan masyarakat sebagai mana yang di amanahkan kostitusi untuk dapat mewujudkan impian menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang makmur.
Sebenarnya potensi ekonomi yang dapat dihasilkan dan disumbangkan bagi pembangunan bangsa sangat luar biasa besarnya. Namun, ketidakmampuan Indonesia memahami potensi apalagi untuk mengelola sumberdaya kelautan terkait langsung dengan tingkat penguasaan teknologi kelautan yang belum berkembang di Indonesia. Dengan potensi-potensi yang belum ter-eksplor, maka peran masyarakat terdidik akan sangat diperlukan guna mencari dan memanfaatkan potensi-potensi yang belum dikelola dengan baik. Pengelolaan sumberdaya kelautan berbasis komunitas dan pengetahuan teknologi ini bukanlah sesuatu yang baru bagi masyarakat Indonesia. Sejak dahulu, komunitas lokal di Indonesia memiliki suatu mekanisme dan aturan yang melembaga sebagai aturan yang hidup di masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam termasuk di dalamnya sumberdaya kelautan.
Secara legal, Indonesia mempunyai wilayah laut yang sangat luas dan mempunyai hak eksklusif untuk mengelola sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya. Akan tetapi, agar kekayaan laut ini bermanfaat bagi upaya mensejahterakan masyarakat sebagai mana yang di amanahkan kostitusi untuk dapat mewujudkan impian menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang makmur.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2012. Makalah
kunci pada Seminar Nasional Kelautan VIII. Surabaya:
Universitas Hang Tuah
Arimoto, T. 2002. Arimoto, T. 2001. Technical Approach to Minimize
Fishing Impacts Toward Sustainable Fisheries. in Solving By-catch:
Considerations for Today and Tomorrow. Published by University of
Alaska. P 13-28. Artikel di Majalah Inovasi (XVIII/2006)
BRKP, 2004. Dukungan riset dan iptek kelautan dan perikanan dalam pelaksanaan Jakarta: Gerbang Mina Bahari
Anonim. Repository.unhas.ac.id/.../881/MAKALAH%20KONGRESLIPI.pdf?..
Arimoto, T. 2002. Arimoto, T. 2001. Technical Approach to Minimize
Fishing Impacts Toward Sustainable Fisheries. in Solving By-catch:
Considerations for Today and Tomorrow. Published by University of
Alaska. P 13-28. Artikel di Majalah Inovasi (XVIII/2006)
BRKP, 2004. Dukungan riset dan iptek kelautan dan perikanan dalam pelaksanaan Jakarta: Gerbang Mina Bahari
Anonim. Repository.unhas.ac.id/.../881/MAKALAH%20KONGRESLIPI.pdf?..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar